Senin, 10 Oktober 2011

SANDARAN ILMU DAN AMAL


Bila hendak belajar islam dengan selamat, maka yang pertama kali diperhatikan adalah kepada siapa ia berguru. Banyak orang berilmu, pandai berbicara tentang islam, namun sebenarnya ia tak bisa dikategorikan sebagai orang yang tsiqah (terpercaya). Sebab, mungkin saja, pemahamannya terhadap islam tidak bersandar kepada kaidah-kaidah yang lurus dan benar. Yakni, kaidah-kaidah sebagaimana telah diperbuat oleh khairul-ummah terdahulu, yaitu para sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. 

Atau bisa juga lantaran amalannya yang tidak iltizam (komit) terhadap apa yang telah dicontohkan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sa-lam. Islam, menurutnya, hanya sebatas penelaahan dan pengkajian secara rasio tanpa diaplikasikan ke dalam kehidupan. Dengan kata lain, ilmu dan amal bukan merupakan satu kesatuan yang mesti terwujud dalam diri seseorang.

Bila belajar islam (sistem penerimaan ilmu diin) dipercayakan kepada orang-orang semacam itu, niscaya tak bakal terjamin keselamatannya. Bagi kalangan ahlu sunnah wal-jama’ah, system penerimaan ilmu (diin, khususnya) haruslah bersumber kepada sesuatu yang jelas dan haq. Ahlu sunnah wal-jama’ah adalah ahlu Al-Qur’an dan Sunnah, sebab mereka lebih mengutamakan Kalamullah dari pada perkataan manusia dari asnaf (golongan) manapun, selalu mendahulukan petunjuk (Rasulullah) Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam atas petunjuk lainnya, dan ber-ittiba’ kepada semua jejaknya secara lahir maupun batin.

(Majmu’Fatawa 3:157. Dinukil dari Ahlus-Sunnah wal Al-Jama’ah Ma’alim Al-Inthilaaqatil-Kubra, Muhamad Abdul Hadi Al-Misri, hal.65).

Mereka tidak pula menetapkan suatu perkataan dan tidak menjadikannya sebagai pokok diin (ushuluddin) dan pernyataan pembicaraan mereka. Jika tidak benar-benar dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Bahkan, mereka menjadikan setiap yang telah ditetapkan  Rasul shallallahu’alaihi wa sallam dari kitab dan hikmah adalah sebagai ushuluddin (pokok diin) yang diyakini dan (dijadikan) sandaran.

(Majmu’Fatawa 3:347 lihat Ahlus-Sunnah wal Al-Jama’ah Ma’alim Al-Inthilaaqatil-Kubra, hal.65).

Selain itu, kalangan ahlu sunnah wal-jama’ah pun meyakini bahwa generasi yang paling mengetahui kebenaran syari’at Allah setelah nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah para sahabat dan as-salafu shalih. Sebab itu, suatu perkara yang telah menjadi ijma’ (kesepakatan) di kalangan mereka terpelihara dari kesalahan. Ijma mereka merupakan hujjah syar’iyah yang mesti diikuti oleh generasi setelah mereka. Kesanalah, setiap diri yang hendak menyelami ilmu islam yang mulia, mesti berpaling. Mereka ahlul-ilmi sekaligus pula ahlul-‘amal. Merekalah yang pantas menjadi tempat merujuk dalam menelaah dan mengkaji ilmu diin yang teramat mulia. Wallahu a’lam.


Sumber : Majalah As-Sunnah


Baca Artikel Lainnya :

As Sunnah
Mengenal Sholat Sunnah Rosul
Dimana Allah
Ushul Manhaj
Ketika Seorang Anak Soleh Lahir
Rasulullah SAW pun Berlindung DariNya
Iman Kepada Takdir Allah
Keutamaan Sedekah
Haji : Hukum, Keutamaan, Manfaat, dan Hikmahnya
Hadits-hadits Yang Tidak Benar Tentang Haji
Potret Haji Kita